Bila kita berkunjung ke tanah batak maka akan kita temukan banyak tugu yang berlomba-lomba menunjukkan kemegahan dan keagungannya. Seolah-olah dengan tugu tersebut maka leluhur yang ada di alam baka tersenyum dan berterimakasih kepada keturunannya yang sudah bersusah-susah membangun tugu tersebut, benarkah..

Lingga dan Yoni pada dasarnya adalah alat reproduksi laki-laki dan perempuan, yang menggambarkan persetubuhan suci. Lingga di gambarkan sebagai bapak Langit

lingga-yoni_resize

sedangkan Yoni adalah Ibu Bumi Pertiwi. Itulah sebabnya lingga digambarkan setinggi mungkin mengikuti keagungan langit dan Yoni dengan semua kemegahannya disekelilingnya.  Sehingga Lingga Yoni juga berarti menggambarkan kemakmuran, kekuatan bahkan kekuasaan. Pada jaman dahulu kekuatan dan kemegahan seorang raja ditunjukkan oleh Tugu yang dimiliki tinggi dan megah, walaupun hingga saat ini negara-negara di dunia menunjukkan kemegahannya dengan membangun Tower yang megah dan menjulang tinggi seperti menara Pisa di Paris, Burj Khalifa di Dubai, Sanghai Tower di China, Petronas Tower di Malaysia dan Monumen Nasional di Jakarta.

Tradisi keagamaan langit juga banyak mengadopsi simbol Lingga Yoni, seperti menara-menara di Gereja maupun mesjid melambangkan Lingga sedangkan ummatnya melambangkan Yoni. Selalu ada dua polaritas positip dan negatif bergerak dalam aktifitas kehidupannya untuk menghasilkan energi rohani. Itu berarti juga ada energi kehidupan dari ummatnya untuk menopang pelayanan agama yang bersangkutan.

Baca Juga : Pusuk Buhit Bukit Berhala Batak

Sedangkan Tower yang dibangun para raja adalah sinergi antara raja dengan rakyatnya. Sama halnya dengan rakyat Indonesia mendukung penuh kekuatan pemerintahan yang digambarkan dengan Monumen Nasional. Rakyat bekerja, mengumpulkan pajak, menghasilkan devisa yang semua itu diolah dan diberdayakan untuk berdiri tegak untuk keagungan dan kemegahan negara Indonesia.

So bagaimana dengan Tower atau tugu yang ada di tanah batak ? Bila leluhur yang menjadi Lingga dan Keturunannya yang menjadi Yoni apa yang terjadi. Mungkinkah pada muasalnya membuat tambak na Phir yaitu sebagai penghormatan kepada leluhur dengan cara meletakkan tulang belulang leluhur pada suatu tempat yang baik sehingga bisa menjadi pertanda bagi keturunannya. Namun karena semua masyarakat batak adalah raja, maka tambak na pir yang semula berpredikat sebagai pertanda bagi keturunannya di ubah sesuai keinginan manusianya yaitu tambak na pir (artinya bangunan yang kuat dan tidak hilang oleh cuaca dan waktu) menjadi tugu ( bangunan yang menjulang tinggi yang populer sejak jaman dahulu diketahui masyarakat adalah Tugu sebagai bangunan yang dianggap agung)  sehingga keturunannya ingin agar leluhurnya diagungkan,  dipuji-puji oleh keturunan yang lain, agar semua orang tahu keturunannya sudah hasea, kaya dan sangap. Inilah suatu pergeseran dalam penghormatan leluhur yang disesuaikan dengan egoisme manusianya.

Secara Logika saja seandainya kita yang ada di bawah tugu sana berpikir sambil memandang keturunan dan sanak saudara disekitarnya yang masih hidup dibawah kemisikinan, tetapi membangun suatu tugu yang mewah besar dan agung ditengah tengah masyarakatnya yang masih bergulat seharian dengan semak dan lumpur. Apakah kita layak disebut leluhur yang memberkati keturunannya.

Okelah kalau keturunannya sudah mapan, jangan dibebani keturunannya yang masih bersusah-susah mencari kehidupan keluarganya dengan turut membangun Tugu agung tersebut. Biarlah yang sudah mamora membuat nilai lebih dengan bangunan yang diinginkannya.

Setelah tugu selesai di bangun apakah nilai lebih tugu tersebut ? kebesarankah, kehebatankah atau kemewahan yang semuanya pasti bermuara kepada kesombongan. Ya semua mata akan melirik tugu tersebut dengan iri dan berdecak kagum, kemudian datang pula keturunannya yang dari jauh minta dibantu, Ompung tolong aku ompung biar usahaku lancar. Bila ada 100 orang keturunannya datang dan minta tolong, bisa dipastikan tepar juga ompung itu tarik kesana, tarik kesini.

Namun hal yang paling mengerikan adalah siapa yang berdiri dibalik tugu yang megah tersebut, dialah sang pengendali kekuatan rohani dibalik tugu. Roh Ompung sudah kembali ke surga dan tubuhnya kembali ke bumi, lhaa siapa yang memimpin.

kuburan di amerika 2

Salut dengan negara lain yang memiliki kuburan untuk leluhurnya cukup rapi dengan tanda yang secukupnya.  bandingkan dengan pekuburan umum di sumatera utara yang sangat besar bahkan ditambahkan dengan atap genteng agar sang arwah bisa bersitirahat dengan damai dan sejuk.

Semoga kedepannya ada aturan pembuatan tugu yang dikeluarkan oleh pemda setempat, agar dalam pembangunan tugu diseragamkan besar dan tinggi maksimal dengan demikian tidak menjadi perbedaan yang besar antara tingkat kehidupan msyarakat dengan tugu makam, demikian juga pembangunan makam yang terlalu besar telah memboroskan penggunaan lahan yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk pemukiman maupun bercocok tanam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *